all credit to muhammad ridha F Iskandar..
Guru sebagai tombak pendidikan bangsa
Muhammad Ridha F Iskandar
SMAN 1 Peukan Bada
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji dan syukur selalu kita panjatkan ke hadirat Allah SWT di mana Allah telah memberikan kita kesehatan dan kekuatan untuk berkumpul disini dalam memperbaiki diri dan aceh. tak lupa pula salawat beriring salam kita tutur sajikan ke pangkuan alam baginda kita nabi Muhammad SAW.
Hadirin sekalian
Guru sebagai tombak pendidikan bangsa. UAN memang menjadi sebuah momen puncak daripada kegiatan murid pada saat belajar selama 3 tahun di SMA atau SMP. Sayangnya, ketika beberapa murid tidak lulus, public cenderung menyalahkan guru dan sekolahnya, padahal saya tau bagaimana guru sampai kebakaran jenggot suruh murid belajar. Saya kira, itu akan menjadi beban dalam menjadi seorang guru. Walaupun tugas guru adalah itu.
Ya! Dalam realitanya, guru merupakan sebuah tombak pendidikan bangsa, tapi sayangnya kita tidak tau sejauh mana perjuangan guru dalam menghadapi murid yang beratus bahkan beribu. Tapi guru tetap tegar dalam mendidik dan tetap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Ketika guru menjadi tombak pendidikan bangsa, kita juga harus tau, apakah guru sudah betul-betul menjadi tombak yang “runcing” apakah guru itu sudah sejahtera, apakah hambatan guru sudah terselesaikan? Apakah masih ada hal-hal yang menghambat dalam menjadi seorang guru?
Saya pernah menjadi salah seorang yang diminta untuk mengisi survey tentang pendidikan oleh salah satu LSM yang ada di Aceh. Dimana sebuah survey itu melihat tentang pendidikan dan seputaran tindakan guru di sekolah. Saya merasa bahwa survey itu mencari kelemahan guru. Coba anda bayangkan guru sudah cukup lelah dalam membina ratusan atau bahkan ribuan murid setiap harinya, ditambah lagi dengan survey yang suatu saat nantinya akan “membunuh” guru. Masya Allah. . . . .
Nah, apalagi setelah adanya UU Perlindungan Anak no 22 tahun 2003 dimana seorang guru kembali lagi diuji ketahanan mentalnya. Anak-anak tidak boleh “diganggu” dengan cara kekerasan, baik dengan fisik mapun mental. Kira-kira seperti itulah rangkuman atau isi daripada Undang-undang tersebut. Dari sini kita dapat menngambil sebuah patokan bahwa, dalam mendidik, guru tidak boleh lagi menyubit dan memarahi anak didiknya. Kalau semisal anak muridnya kelaurin baju, ya terpaksa grunya Cuma menasehati. Padahal, kalau misalnya kita dicubit oleh guru, itu ketika tua kita pasti akan saying pada guru itu. Ya, itu memang benar. Tapi apakah nasehat itu bisa guru lakukan jika menghadapi “anak laut” atau “anak gunung” yang ada di aceh?
Saya tau bahwa undang undang perlindungan anak tidak mungkin memenjarakan seorang guru hanya karena guru sediki mencubit murid, itu merupakan hal yang sangat sepele. Yang dimaksud di undang-undang ini adalah ketika seorang guru menampar atau memukul keras muridnya, sehingga muridnya pingsan dan lain sebagainya. Itu
Hadirin Sekalian, bapak ibu dan teman teman saya
Bagaimana menjadi tombak runcing, kalau sarana guru tidak diperhatikan
Bagaimana menjadi tombak runcing, kalau kesejahteraan guru tidak diperhatikan
Bagaimana menjadi tombak runcing, kalau guru yang terus menerus disalahkan karena murid tidak lulus Ujian Nasionaal, padahal guru sudah lelah memaksa murid.
Padahal, kehidupan guru belum tentu sejahtera. Saya kira jika ingin mencari kekayaan dengan menjadi guru, itu kita betul-betul harus kerja keras. Tapi kalau mau mencari pahala, jadilah seorang guru. Karena “ajarkanlah walaupun hanya satu ayat”. Tugas guru tidak hanya mengajar, tapi juga mendidik kita semua.
Saya pikir, sebuah kesimpulan yang bisa diambil adalah guru tetap harus menjadi tombak bangsa. Dimana semua pihak harus mengharagai jasa guru dan menjunjung tinggi seorang guru. Terlebih lagi, kita sebagai pelajar janganlah menambah beban kepada guru. Tidak semua orang mau menjadi guru, tapi guru kita mau mengajar untuk kita. Professor yang kuliahnya di luar negeri, belum tentu mau, mengajar dan mendidik kita. Tidak berterima kasihkah kita kepada guru? Guru sebagai tombak bangsa mencakup harus disejahterakan dia. Bagaimana menjadi tombak yang runcing, sedengkan banyak karat yang menempel. Bagaimana menjadi guru yang berhasil mendidik dan mengajar, jikalau kita tidak menghargai guru, dan membantu guru bahagia.
Pada akhirnya saya selaku manusia yang punya kesalahan meminta maaf, apabila ada kesalahan dalam pengucapan kata atau menyinggung. Saya harap dengan adanya pidato singkat daripada saya ini akan dapat menambah rasa penghargaan terhadap guru. Guru itu sudah lelah. Ditunjang lagi dengan gaji yang sedikit.
Wabilahitaufik wal hidayah
Wassalamu’alakum wr.wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar